Bank Indonesia (BI) memastikan belum akan menaikkan suku bunga acuan di tengah ancaman badai inflasi yang melanda berbagai negara di dunia.
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono mengatakan bank sentral telah mengambil kebijakan likuiditas untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi.
“Sejauh ini respons kebijakan BI terhadap tekanan inflasi sudah dilakukan termasuk melalui kebijakan likuiditas, tetapi BI memandang belum saatnya melakukan kebijakan suku bunga,” ujar Erwin saat dihubungi, Jumat, 13 Mei 2022.
Erwin berujar BI melakukan asesmen menyeluruh terhadap kondisi ekonomi di Indonesia menyusul berbagai gejolak yang terjadi di dunia.
Atas dasar asesmen tersebut, kebijakan BI ditetapkan pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan.
Erwin menyatakan inflasi menjadi elemen penting dalam proses pengambilan keputusan.
Dampak Inflasi global, menurut Erwin, menjadi pertimbangan dalam penentuan pelbagai kebijakan.
“Bersama dengan tekanan Inflasi domestik, BI senantiasa mengupdate proyeksi inflasi sebagai elemen penting dalam penentuan kebijakan BI,” tuturnya.
Deputi Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir sebelumnya mengatakan pemerintah telah berancang-ancang menghadapi dampak badai inflasi.
Inflasi di berbagai negara berpotensi meningkat akibat perang Rusia dan Ukraina yang menyebabkan harga komoditas melambung.
“Seluruh dunia menghadapi tantangan inflasi tinggi sejak disrupsi pasokan pada masa Covid-19 dan diperparah sejak invasi Rusia ke Ukraina,” ucap Iskandar kepada Tempo.
Dari sisi kebijakan fiskal, Iskandar mengatakan pemerintah bakal menggeber pemberian bantuan sosial untuk kelompok masyarakat yang berada di rentang 40 persen di desil terbawah.
Jumlahnya setara dengan 25 juta penerima program keluarga harapan (PKH).
Bantuan sosial akan didistribusikan dalam bentuk bantuan langsung tunai (BLT) minyak goreng, BLT pekerja kaki lima (PKL), hingga bantuan soial PKH.
Pemerintah, Iskandar melanjutkan, berupaya mengantisipasi agar peningkatan harga pangan dan energi tak terjadi secara berlebihan dengan cara menambah pasokan komoditas.
Adapun dari sisi moneter, kebijakan-kebijakan strategis untuk menopang inflasi akan dilakukan oleh BI.
Iskandar melihat BI belum menaikkan suku bunga acuan meski Bank Sentral Amerika Serikat telah mengambil kebijakan tersebut.
“Dari selisih yang besar dari yield obligasi 10th sebesar 7,4 persendengan yield obligasi 10th Amerika sebesar 3,01 persen, kelihatannya masih ada room untik tidak segera meningkatkan suku bunga acuan,” ucap Iskandar.
Apalagi, kata dia, inflasi dalam negeri pada April 2022 masih terjaga di level 3,47 persen atau berada dalam rentang target 3 +/- 1 persen.
Iskandar mengatakan kebijakan moneter dengan pendekatan pengetatan likuiditas selama ini sudah dilakukan dengan tepat, yakni melalui peningkatan giro wajib minimum atau GWM.
Dengan begitu, pemulihan ekonomi tidak bakal terganggu.
HAMDAN CHOLIFUDIN ISMAIL | FRANCISCA CHRISTY ROSANA Keterangan: Berita ini mengalami perubahan pada judul dari semula “BI Pastikan Belum Akan Naikkan Suku Bunga di Tengah Gejolak Inflasi” menjadi “BI Belum Naikkan Suku Bunga di Tengah Gejolak Inflasi” pada Sabtu, 14 Mei 2022 pukul 07.05 WIB.